Muhammad Ali Pasya, bapak modern Mesir

muhammad-ali-pasha-mesir
M. Ali Pasya

Napoleon Bonaparte bersama tentara Perancis mendarat di Alexandria, Mesir, pada tanggal 2 Juli 1798. Saat itu pertahanan kerajaan Turki Usmani dan Mamluk berada dalam keadaan lemah. Dari literatur yang ada disebutkan kota-kota penting seperti Alexandria, Rasyid dan Kairo telah jatuh ketangan  Napoleon Bonaparte. Tanggal 22 Juli Napoleon sudah dapat menguasai seluruh negeri Mesir.

Muhammad ‘Ali Pasya menyadari akan kemunduran orang-orang Mesir setelah pendudukan Napoleon Bonaparte, semenjak itulah ‘Ali mengadakan pembaharuan dalam masyarakat Mesir dalam bidang ekonomi, militer, pendidikan dan publikasi. Dalam hal pendidikan ‘Ali mendirikan Sekolah Modern (tingkat dasar, menengah dan tinggi). ‘Ali juga melakukan inovasi pendidikan dalam lini kurikulum meliputi (Ilmu Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, dan Pengetahuan Keterampilan). Pembaharuan inilah menurutnya dapat membangun negeri Mesir dari ketertinggalan.

Muhammad Ali Pasya adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani pada tahun 1765 dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Orang tuanya bekerja sebagai seorang penjual rokok, dari kecil Muhammad Ali Pasya sudah harus bekerja. Ia tidak memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah, akibatnya dia tidak pandai membaca maupun menulis, namun ia adalah seorang anak yang cerdas dan pemberani. Hal itu terlihat dalam karirnya baik dalam bidang militer ataupun sipil yang selalu sukses. Setelah dewasa, Muhammad Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan menjadi menantu Gubernur. Setelah kawin ia diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas ia diangkat menjadi Perwira. Pada waktu penyerangan Napoleon Boneparte ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, diantaranya adalah Muhammad Ali Pasya, bahkan ia ikut bertempur melawan Napoleon Boneparte pada tahun 1801. Untuk melawan tentara Napoleon Boneparte yang telah menguasai seluruh Mesir serta pula telah menyerang Suria.

Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali Pasya dalam pembebasan Mesir dari tentara Napoleon Boneparte, maka rakyat Mesir mengangkat Muhammad Ali Pasya sebagai wali Mesir dan mengaharapkan Sultan Turki merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat mematahkan intervensi Inggris di Mesir. Setelah ekspedisi Napoleon Boneparte, muncul dua kekuatan besar di Mesir yakni kubu Khursyid Pasya dan kubu Mamluk. Muhammad Ali Pasya mengadu domba kedua kubu tersebut, dan akhirnya berhasil menguasai Mesir. Rakyat semakin simpati dan mengangkatnya sebagai wali di Mesir. Posisi inilah kemudian memungkinkan beliau melakukan perubahan yang berguna bagi masyarakat Mesir. Setelah Muhammad Ali Pasya mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia menumpas musuh-musuhnya terutama golongan Mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah Mesir dan akhirnya Mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali Pasya menjadi penguasa tunggal di Mesir, akan tetapi lama-kelamaan ia asyik dengan kekuasaannya, akhirnya ia bertindak sebagai diktator.

Pada waktu Muhammad Ali Pasya meminta kepada Sultan agar Syiria diserahkan kepadanya, Sultan tidak mengabulkannya. Muhammad Ali Pasya marah dan menyerang serta menguasai Syiria bahkan serangan sampai ke Turki. Muhammad Ali Pasya dan keturunannya menjadi raja di Mesir lebih dari satu setengah abad lamanya memegang kekuasaan di Mesir. Terakhir adalah Raja Farouk yang telah digulingkan oleh para jenderalnya pada tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan Muhammad Ali Pasya di Mesir. Salah satu bidang yang menjadi sentral pembaharuannya adalah bidang-bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan bidang militer, termasuk bidang pendidikan. Kemajuan di bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilah sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Walaupun Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi ia memahami betapa pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara. Ini terbukti dengan dibentuknya Kementerian Pendidikan untuk pertama kalinya di Mesir, dibuka sekolah militer pada tahun 1815, sekolah teknik pada tahun 1816, sekolah ketabiban (kedokteran) dan sekolah penerjemahan pada tahun 1836.

Muhammad Ali Pasya berpendapat bahwa kekuasaan dapat dipertahankan hanya dengan dukungan militer yang kuat yang dibentuk melalui ekonomi dan pendidikan. Maka pembangunan pendidikan, ekonomi dan militer segera dilakukan demi kelanggengan kekuasaan di Mesir. Modernisasi yang dilakukannya antara lain: mengirim mahasiswa ke Prancis, mendatangkan dosen dari Prancis, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang mempelajari ilmu militer, kesehatan, ekonomi dan penerjemahan. Philip K. Hitti menuliskan berdasarkan catatan sejarah yang ditemukannya antara tahun 1813 sampai 1849, Muhammad Ali Pasya telah mengirimkan 311 mahasiswa yang belajar di Italia, Prancis, Inggris, Austria atas biaya pemerintah yang mencapai £E. 273.360. Subjek yang dipelajari antara lain: militer dan angkatan laut, teknik mesin, kedokteran, farmasi (obat-obatan), kesenian, kerajinan dan bahasa Prancis mempunyai kedudukan khusus dalam kurikulum di Mesir.

Harun Nasution (dalam Martini, 2011:76)  menyimpulkan modernisasi di Mesir pada masa Muhammad Ali Pasya sebenarnya pengetahuan tentang soal-soal pemerintahan, militer dan perekonomian untuk memperkuat kedudukannya, ia tidak ingin orang-orang yang dikirimnya tidak boleh lebih dalam menyelami ilmunya sehingga mahasiswa berada dalam pengawasan yang ketat. Selain mendirikan sekolah beliau juga  mengirim pelajar-pelajar ke Eropa terutama ke Paris ±300 orang. Setelah itu mereka kembali ke Mesir diberi tugas menerjemahkan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Arab, dan mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Mesir. Philip K. Hitti (dalam Martini, 2011:76) mengemukakan bahwa Muhammad Ali Pasya tidak hanya menerapkan corak dan model pendidikan Barat, tapi juga mempercayakan pendidikan kepada orang Barat, bahkan gurunya kebanyakan didatangkan dari Eropa.

Keberhasilan di bidang militer telah merubah Mesir menjadi negara modern yang kekuatannya mampu menandingi kekuatan militer Kerajaan Usmani, serta bermunculanlah para tokoh intelektual di Mesir yang kelak melanjutkan gagasan-gagasan beliau khususnya dalam bidang pendidikan. Hal-hal ini memberi gambaran tentang apa yang dikehendaki Muhammad Ali Pasya sebenarnya, pengetahuan tentang soal-soal pemerintahan, militer dan perekonomian, yaitu hal-hal yang akan memperkuat kedudukannya. Ia tak ingin orang-orang yang dikirimnya ke Eropa menyelami lebih dari apa yang perlu baginya, dan oleh karena itu mahasiswa-mahasiswa itu berada dibawah pengawasan yang ketat. Mereka tak diberi kemerdekaan bergerak di Eropa. Tetapi, dengan mengetahui bahasa-bahasa Eropa, terutama Prancis dan dengan membaca buku-buku Barat seperti karangan-karangan Voltaire, Rousseau, Montesquieu dan lain-lain, timbullah ide-ide baru mengenai demokrasi, parlemen, pemilihan wakil rakyat, paham pemerintahan republik, konstitusi, kemerdekaan berfikir dan sebagainya.

Pada mulanya perkenalan dengan ide-ide dan ilmu-ilmu baru ini hanya terbatas bagi orang-orang yang telah ke Eropa dan yang telah tahu bahasa Barat. Kemudian paham-paham ini mulai menjalar kepada orang-orang yang tak mengerti bahasa Barat. Pada permulaannya dengan perantaraan kontak mereka dengan mahasiswa-mahasiswa yang kembali dari Eropa dan kemudian dengan adanya terjemahan buku-buku Barat itu kedalam bahasa Arab. Penerjemahan buku-buku mulai berjalan lancar setelah didirikan Sekolah Penerjemahan di tahun 1836. Sekolah ini beberapa tahun kemudian diserahkan kepada pimpinan Rifa’ah Al-Tahtawi, seorang ulama Azhar yang pernah belajar di Paris dan kemudian diserahkan ada pengaruhnya dalam penyiaran ide-ide Barat di Mesir. Di sekolah ini terdapat ahli-ahli yang tahu akan haknya masing-masing. Usaha-usaha penerjemahan pun mulai membawa hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat. Bahagian penerjemahan di sekolah ini dibagi empat: Bahagian Ilmu Pasti, Bahagian Ilmu Kedokteran dan Ilmu Fisika, Bahagian Sastra dan Bahagian Turki. Yang akhri ini bertugas menterjemahkan buku-buku pedoman militer yang akan dipakai oleh perwira-perwira Turki yang terdapat dalam angkatan perang Muhammad Ali Pasya.

Yang penting diantara bagian-bagian tersebut bagi perkembangan ide-ide Barat ialah bagian Sastra. Di tahun 1841, diterjemahkan buku mengenai sejarah Raja-raja Prancis yang antara lain mengandung keterangan tentang Revolusi Prancis. Satu buku yang serupa diterjemahkan lagi tahun 1847. Sekilas pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya hanya bersifat keduniaan saja, namun dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam sekaligus terngakat pula derajat keagamaannya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya.

Dari penerjemahan buku-buku Eropa ini, orang-orang Mesir selanjutnya mulai kenal pada negara-negara Barat, negara-negara yang dijumpai orang Barat di Timur Jauh dan Amerika. Dunia yang digambarkan buku-buku Barat itu jauh berlainan dari dunia mereka kenal dari buku-buku yang dikarang orang Islam di zaman klasik. Juga mereka mulai kenal dengan falsafat Yunani, kemerdekaan berpikir yang menjadi dasar falsafat Yunani, adat istiadat Barat yang jauh berlainan dengan adat istiadat Islam. Jika sebelumnya orang Barat bagi orang Islam adalah semuanya orang Perancis, sekarang mulai mereka tahu bahwa orang-orang Barat terdiri dari berbagai bangsa, ada Perancis, Jerman, Inggris, Italia dan sebagainya.

Pembaharuan dalam Islam dapat didefenisikan sebagai pemikiran, gagasan, gerakan, dan usaha untuk merubah ajaran-ajaran Islam dalam bentuk faham-faham, tradisi-tradisi. Institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan pembaharauan Muhammad Ali Pasya, banyak melakukan pembaharuan, diantaranya dibidang pendidikan, militer, ekonomi, pertanian, perdagangan, dan publikasi hamper disegala aspek pemerintahan.

Muhammad Ali Pasya adalah seorang pemimpin yang mampu melakukan perbaikan-perbaikan dan pembaharuan diberbagai bidang. Hal inilah yang membuat masyarakat Mesir mengagumi dan menyenanginya. Muhammad Ali Pasya sebagai tokoh pembaharuan memiliki pola pikir yang maju, sehingga membawa Mesir pada tingkat perkembangan yang begitu pesat, gagasan-gagasan modernisasinya tersebut megalir deras dan dapat diterima oleh kalangan masyarakat Mesir. Namun, apa yang dilakukannya tersebut masih belum sepenuhnya yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh keturunan-keturunan Mesir lainnya.

Related Posts

Silakan pilih sistem komentar anda ⇛   

0 komentar untuk Muhammad Ali Pasya (Peletak dasar landasan kebangkitan Mesir)